
SAHABAT SEJATI TAK AKAN TERGANTI, CERPEN KARYA LATIFA KHOIRUNNISA
SAHABAT SEJATI TAK AKAN TERGANTI
Suara jangkrik malam itu membuyarkan lamunanku. Malam ini aku yang sedang
duduk santai diteras rumah teringat dengan sahabatku yang sudah lama tidak sekolah
karena ada urusan keluarga. Namaku Aisyah aku berusia 12 tahun dan aku duduk
dibangku SMP Kelas VII, sedangkan sahabatku bernama Dinda umurnya juga 12
tahun, Dinda duduk dibangku SMP Kelas VII juga. Kami sudah bersahabat dari umur
3 tahun sampai sekarang, kami selalu satu TK, satu SD, dan kali ini satu SMP.
Setelah belajar malam ini aku memutuskan untuk tidur, padahal jam di dinding
masih menunjukkan pukul 20.30 malam, karena hari ini suasana hatiku sedang tidak
enak maka aku memutuskan untuk tidur lebih awal. “Aisyah, kamu kenapa tidur awal
tidak seperti biasanya “ tanya Bundaku Ketika melihat diriku sudah berada diatas
kasur. “Apa kamu sakit ? “ tanyanya lagi sambal meletakkan telapak tangannya
kekeningku memastikan aku tidak sakit.
“ Tidak Bundaku sayang, aku sedang tidak mood” jawabku menanggapi
kekhawatiran Bundaku itu. “ Lalu kenapa ? “ tanyanya lagi dan lagi. “ Aku rindu Dinda
rindu bermain bersama ”jelasku.” Sabarlah besok dia pasti berangakat, sudah ayo tidur
agar kau tidak terlambat besok.” Paginya saat tiba di sekolah kulihat Dinda kucoba
untuk melihat lebih teliti dan benar saja itu Dinda sahabatku. “Dinda!” teriakku sambil
memanggil namanya. Dinda menoleh, itu benar-benar Dinda sahabatku. Kami
berpelukan melepas rindu. “ Apa ini benar-benar kau?” tanyaku masih tidak percaya.
“Ya, ini aku Aisyah ini aku Dinda” jawabnya sambil menahan air mata. Kenapa jadi
seperti sinetron!? Aku menghapus air mataku dan air mata Dinda menyudahi
semuanya, aku juga sadar dari tadi dijadikan pusat perhatian orang disekelilingku,
karena tadi aku berteriak cukup keras.
“ Kenapa kau sudah pulang bukankah seharusnya kau pulang dari rumah
tantemu baru minggu depan? “ Tanyaku sambil mengingat perkataan Dinda di chat HP
kala aku bertanya kapan akan sekolah lagi.” Memang harusnya minggu depan tapi
tanteku menyuruhku keluarga pulang karena urusannya sudah selesai tinggal datanya
dikumpulkan ke Kantor Capil terdekat. “ Jelas Dinda panjang lebar. “ Memangnya
urusan apa?” Tanyaku lagi.” Pernikahan kakak sepupuku dan tanteku kurang mengerti
cara mendaftarkannya ke negara,” jelasnya. Aku hanya mengaguk paham.
Setelah pulang sekolah dan sampai rumah aku langsung ganti baju, makan,
istirahat. Aku terbangun jam 15.30 dan memutuskan untuk Whatsapp dengan Dinda,
karena bosan dan dirumah tidak ada siapa-siap. Ayah kerja dan baru pulang jam 19.00
malam dan ibuku pergi keluar karena ada urusan dan baru pulang jam 20.00, itupun
tidak pasti. Jadwal mengaji hari ini libur karena ustadz yang mengajar sakit. Akhirnya
kuraih HP ku dan mulai chat Dinda.
Aisyah : “Assalamu’alaikum.”
Dinda : “ Wa’alaikumsalam.”
Aisyah : “Apa aku mengganggumu?”
Dinda : “Tidak, ada apa Aisyah?”
Aisyah : “Sebenarnya tidak ada apa-apa aku hanya bosan dan bingung mau
melakukan apa, semuanya pergi.”
Dinda : “ Oh begitu, bagaimana kalau kita membicarakan hal yang seru.”
Aisyah : “ Hal yang seru?”
Dinda : “Iya.”
Aisyah : “Yang seperti apa?”
Dinda : “Kau sudah baca grup Orang tua kelas VII A? Oh iya, aku lupa bunda
sedang tidak ada di ruma. Apa bunda sudah memberi tahumu?”
Aisyah : “Belum, memangnya ada apa tampaknya menarik.”
Dinda : “Jadi, digrup orang tua itu pengumuman kalau 1 bulan lagi aka nada
Study Tour dan destinasinya para murid yang usul, akan dipilih tiga
destinasi yang menarik.”
Aisyah : “Wah gila menarik dan seru banget tuh kayaknya.”
Dinda : “Pastilah.”
Aisyah : “Eh tidak terasa sudah jam 17.00 saja, cepat sekali ya.”
Dinda : “Iya.”
Aisyah : “Sudah dulu ya aku mau mandi dulu terus bersih-bersih rumah.”
Dinda : “Aku juga mau mandi.”
Kuletakkan HPku lalu beranjak kekamar mandi, setelah mandi kuputuskan
untuk bersih-bersih mwnyapu, mengepel, membersihkan jendela, cuci piring, dan
membuang sampah. Kutonton TV sambil menunggu Ayah pulang. Adzan maghrib
berkumandang tepat saat jam menunjukkan pukul 18.00 pas, aku langsung mematikan
TV, mengambil air wudhu dan mukena serta sajadah lalu pergi ke Mushola dekat
rumah tak lupa juga kukunci rumah. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku dan
Dinda tidak bertemu atau mengapa aku tidak menyuruh Dinda untuk menemaniku?
Jawabannya, karena sebenarnya rumahku dan rumahnya sangat jauh. Ya, kami
memiliki rumah yang jaraknya berjauhan. Karena rumah tidak ada siapapun
keputusanku untuk menetap di Mushola bersama anak yang sebaya denganku. Aku
pulang pukul 19.15, Ayahku pun sudah pulang. Kuletakkan sajadah dan mukenaku lalu
makan malam Bersama Ayah, karena Bunda belum pulang. Terlintas dibenakku tempat
destinasi untuk Study Tour, kuraih HPku langsung ku chat Dinda.
Aisyah : “Dinda kau sedang apa?”
Dinda : “Menonton TV kenapa memangya?”
Aisyah : “Apa sudah kau pikirkan destinasi untuk besok Study Tour?”
Dinda : “Itu masih lama.”
Aisyah : “Memang tapi…..”
Dinda : “Baiklah bagaimana kalau Malang?”
Aisyah : “Itu terlalu biasa, Bagaimana kalau Bali?”
Dinda : “Tapi, di Malang banyak tempat wisata bagus yang tidak kalah jauh dari
Bali. Lagipula, terlalu jauh”.
Aisyah : “Tapi aku ingin ke Bali”.
Dinda : “Kau jangan egois Aisyah, tidak semua ingin ke Bali.”
Aisyah : “Kau pikir kau tidak egois!”
Dinda : “Ya sudah, kalau kau ingin ke Bali, ke Bali saja sendiri!”
Aisyah : “Bukan begitu maksudku”.
Sebentar apa aku tidak bermimpi ap aini benar-benar kenyataan. Nomorku di
blokir oleh Dinda, oleh sahabatku sendiri hanya karena hal sepele seperti ini, bahkan
aku tidak berbicara banyak tapi lihat dia langsung marah bahkan sampai memblokir
nomorku. Ini benar-benar seperti sinetron! Aku tidak bisa bayangkan besok di sekolah
dia pasti akan ceramah tujuh turunan cuek padauk dan pasti dia tidak mengajakku
bicara. Pagi itu saat aku tiba di sekolah tepatnya di kelas. Kulihat Dinda duduk
dibangkunya, coba kusapa sahabatku itu. “Dinda”, sapaku sambil melambaikan tangan
ramah dan kalian tahu apa reaksinya dia hanya diam bahkan memalingkan wajahnya
benar-benar menyebalkan. Selama pelajaran dia hanya diam tak berbicara sepatah
katapun. “Kau bisa bisa marah karena hal sepele seperti ini” kataku saat waktu istirahat.
“Kau yang memulainya, aku sebal karena tidak seperti sebelumnya yang selalu satu
frekuensi!” Ucap Dinda dengan nada tinggi. Kenapa harus nada tinggi? Sedangkan
diriku berbicara, bertanya dengan nada normal.
Hari demi hari kulalui dan kalian tidak perlu bertanya apakah aku dan Dinda
sudah baikan? Karena sudah pasti jawabannya belum. Sejak tragedi tanya-bertanya dua
minggu lalu kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Saat dia mengutarakan alasannya
marah padauk, dia langsung pergi tanpa pamitan pula. Duduknya juga pindah yang
awalnya sebangku denganku sekarang duduk dibarisan kedua setelah barisanku
dibelakang pula. Semarah itukah Dinda padaku. Aku hanya bisa berharap pada Allah
SWT ada suatu keajaiban yang mebuatku akur lagi dengan Dinda.
Mungkin Allah SWT mendengar doaku dan mengabulkannya, kepada aku bisa
berbicara seperti ini? Karena pagi ini ada keajaiban yang membuat kami akur dan
rukun kembali. Pagi ini, saat aku sampai dikelas aku merasa ada yang hilang bukan
kursi, meja, papan tulis, ataupun kaca ya teman-teman. Yang hilang itu suasana
dikelasnya, biasanya ramai sekarang sepi, tapi belum ada 3 detik aku bicara seperti itu
teman-temanku datang dengan tawa ketika melihatku tawa Dinda seketika padam tak
kuhiraukan ekspresi Dinda. Aku berjalan keluar kelas hendak kekantin membeli tissue.
Saat sampai di kantin, kulihat kantin sudah ramai. Segera, kutuju kantin yang menjual
keperluan siswa dan lagi-lagi kulihat Dinda dia mengikutiku? Keadaan kantin semakin
ramai kakiku tersandung, hingga aku terjatuh dan ada yang menginjak kakiku semakin
lama semakin pengap, hingga aku tak kuasa menahan diri, aku terkulai lemas ya aku
pingsan. Tapi, samar-samar kudengar Pak Guru dan beberapa anak terlihat panik.
Jam 08.00 aku tersandar dan ternyata aku terkulai lemas di UKS, dimeja terletak
teh hangat, minyak kayu putih, dan roti. Kulihat Dinda ada bersamaku, dia tidak sadar
aku sudah tersadar dari pingsanku barusan. “Dinda” panggilku lemah. “Aisyah…. Kau
sudah sadar syukurlah” kata Dinda dengan senyum yang memperlihatkan lesung
pipinya. “Kau tidak ikut pelajaran?” Tanyaku heran aku hanya membatin bukankah ini
masih jam pelajran? “Oh, aku ijin kepada guru aku juga sudah diberi tugas oleh bu
guru “Katanya tenan. “Aisyah maafkan aku yang selama ini cuek tidak peduli padamu,
maafkan kesalahanku” katanya dengan nada memelas. Aku sedikit terkejut, kupikir dia
tidak ingin memaafkanku. “Iya Dinda maafkan aku juga” kataku.
“Aisyah kau tau tiga destinasi yang dipilih untuk Study Tour?” kata Dinda saat
aku hendak keluar kelas. “Belum, memangnya apa saja?” tanyaku penasaran. “Kita
akan Study Tour ke Malang, Bali, Jogja.” Jawab Dinda. “Beneran?” Tanyaku tak
percaya. “Iya, beneran,” jawabnya dengan nada menyakinkan. “Yey!!” Sorak kami
berdua bahagia. Itulah akhir pertengkaran kami yang sangat dramatis, pada akhirnya
bisa bersatu kembali. Untuk kalian yang lagi bertengkar dengan sahabat kalian, aku
yakin kalian bisa akur lagi aku juga doain semoga kalian cepat rukun, damai, dan akur
ya. Salam toleransi.